Angin Syahdu Gunung Merbabu



Perjalanan saya kali ini menjajaki daratan-daratan tinggi Jawa Tengah, tepatnya di kabupaten Boyolali yaitu Gunung Merbabu. Terdapat lumayan banyak jalur yang dapat dilalui untuk menuju gunung yang mempunyai tiga puncak ini. Mungkin saya tidak perlu menjelaskan satu persatu, karena saya yakin kalian lebih paham tentang ini. Dan berdasarkan rekomendasi dari beberapa teman, akhirnya jalur Selo lah yang saya dan teman-teman sepakati. Dengan berbagai pertimbangan yaitu jalur Selo adalah jalur tercepat untuk menuju puncak walaupun tidak terdapat sumber air.

Jumat, 3 Februari 2017

Saya dan Nang berangkat dari basecamp Expena setelah semua packing kita selesai dengan menggunakan motor. Kemudian menitipkan motor di tempat dekat Mushola Pasar Senen dengan harga Rp.5.000 perharinya. Dan ternyata dua teman yang lain sudah menunggu di dekat peron yaitu Mada dan Bintang karena memang sudah waktunya masuk peron dan kami hampir saja ketinggalan kereta. Berangkat dari stasiun Pasar Senen dengan kereta Matarmaja pukul 15.15 dengan tujuan stasiun Solo Jebres. Seperti penumpang lain kami menghabiskan waktu dengan makan, tidur, mengobrol, bangun dan tidur lagi.

Saran bagi yang tidak ingin membeli makanan di dalam kereta, kalian bisa membeli nasi bungkus di stasiun Prujakan Cirebon karena di stasiun ini kereta cukup berhenti lama, jadi kalian bisa turun dan mampir di warung-warung yang ada di dalam stasiun dengan harga Rp 15.000 perbungkus ditambah bonus air putih. Tapi jangan ditanya ramenya, lebih tepatnya seperti mall yang lagi ada diskon besar-besaran.

Sabtu, 4 Februari 2017

Pukul 01.00 dini hari kita sampai di stasiun Solo Jebres dan bertemu dua teman lain yang berasal dari Pekalongan dan Jogya yaitu Dian dan Febri. Akhirnya semua personil sempurna yakni 6 orang. Tak berlama-lama kami langsung dijemput oleh Pak Sumarno, supir kendaraan yang sudah kami pesan untuk mengantar ke basecamp Selo. Waktu yang ditempuh yaitu sekitar dua jam tapi kita juga mampir dulu ke pasar Selo untuk membeli sebagian logistik yang kurang.


Untuk mengisi tenaga sebelum mulai trekking Pak Sumarno membawa kami ke warungnya yang berada di kaki gunung Merbabu di desa Selo sekalian packing ulang barang-barang bawaan.

Setelah itu kami dibawa lagi ke gerbang pendakian dengan membayar simaksi sebesar Rp 10.000 perorang.

Untuk harga sewa kendaraan tergantung nego dengan masing-masing pemilik kendaraan yaitu dengan kisaran harga Rp 350.000 untuk sekali jalan.

Kami mulai trekking pada pukul 09.00 dengan jalur landai menuju pos 1. Trek juga didominasi hutan yang rindang dengan kemiringan yang masih bisa ditolerir oleh kaki. Jika beruntung kalian juga bakal menemukan monyet-monyet yang siap menatap kalian dengan mata tajamnya hahaa tapi jangan panik ya. Tips pertama adalah jangan panik dan jangan pula lempar-lemparin makanan ke mereka kalau kalian tidak ingin diikutin. Lewati monyek-monyet dengan tenang.

Pos 1 terlewati dan dilanjutkan menuju Pos 2 dengan trek yang tidak jauh dengan trek awal hanya dengan kemiringan yang lebih tajam dari sebelumnya. Akhirnya setelah tiga jam trekking kita sampai di Pos 2. Dengan berbagai pertimbangan yakni karena angin yang kencang, kabut yang tebal dan juga hujan turun akhirnya dari target untuk ngcamp di Sabana 2 kami urungkan.

Banyak pula pendaki lain menyarankan untuk mendirikan di Pos 2 karena masih banyak pepohonan. Dikarenakan badai juga banyak tenda yang rubuh di Pos 3 selain itu jarang ada yang berani ngcamp di Sabana 1 dan 2.

Kami mendirikan tenda di Pos 2 dan ternyata yang dikatakan mereka benar diatas jam 13.00 terjadi hujan badai dengan angin yang kencang. Tenda saya yang bisa untuk 2 orang pun ikutan rubuh. Akhirnya saya dan Mada numpang di tenda sebelah karena lebih aman, walaupun tendanya cukup untuk 4 orang tapi diisi untuk 6 orang.

Tidak sampai disitu, walaupun sudah ada jalur air tapi dengan intensitas hujan yang begitu lebat akhinya Nang membuat parit disekitar tenda agar tenda kami aman. Dengan pisau dan kayu-kayu sedemikian rupa sehingga jadilah parit untuk menyelamatkan tenda dan alhasil walaupun memakai jas hujan dobel si Nang pahlawan parit tetap saja kebasahan. Hampir saja dia terkena hipotermi, termal blanket dan sleeping bag pun langsung di lilitkan ke badannya dan alhamdulillah Nang baik-baik saja.

Malam pun lelap dalam hujan sepanjang malam itu.

Minggu, 5 Februari 2017

Setelah dihantam hujan badai dan kabut seharian kami sudah pesimis untuk melanjutkan perjalanan ke puncak. Pukul 03.00 sampai 05.00 masih saja hujan gerimis itu menambah urung niat kami untuk ke puncak dan keajaiban terjadi pada pukul 06.00. Langit terlihat cerah, hujan dan kabut pun mulai reda. Tanpa bertele-tele kami langsung bersiap-siap untuk summit tapi tidak semua personil dapat ikut hanya saya, Mada dan Bintang. Tanpa pikir panjang kami langsung memulai trekking dengan membawa perbekalan makanan yang langsung makan dan minuman secukupnya.

Dari pos 2 ke Pos 3 hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Dari sinilah jalur sebenarnya gunung Merbabu dimulai dengan trek yang menanjak dengan kemiringan yang curam serta dengan jalur yang naik turun bukit. Tapi vitamin-vitamin mata sabana gunung Merbabu benar-benar membuat lelah para pejalan terobati. Kami berhenti sejenak di spot-spot yang bagus untuk sekedar mendokumentasikan momen. Tidak hanya itu angin gunung Merbabu yang saya rasakan saat summit ini benar-benar berbeda. Angin yang tidak terlalu kencang tapi dapat mendorong kita untuk berjalan. Tidak terlalu dingin tapi kita tidak kuat kalau harus membuka jaket. Ini yang dikatakan mereka juga yaitu angin yang bikin syahdu. Mungkin untuk saya pribadi akan merindukan ini.

Sudah 2 setengah jam kita berjalan dari pos 3 dan akhirnya kami mendapati puncak guung Merbabu. Alhamdulillah, itu kata pertama yang terucap.




Gunung Merbabu mempunyai tiga puncak yaitu puncak Trianggulasi, puncak Kenteng Songo dan puncak Syarif. Tapi setelah sempat pesimis untuk mencapai puncak karena kalah mental setelah melihat trek akhirnya kami tapaki juga tanah yang menjadi tujuan dari perjalanan ini. Hanya puncak Trianggulasi yang menjadi kami singgahi waktu itu kareana hari semakin siang dan kabut juga mulai turun. Sejenak kami menikmati kota Boyolali 360 derajat dengan semilir angin syahdu serta menyantap sedikit perbekalan yang sudah kami bawa.

Kurang dari setengah jam kami memutuskan untuk turun dan kembalilah kami peradaban.

Terima kasih Gunung Merbabu yang luar biasa, sabana luas yang terhampar indah, trek memukau yang melelahkan dan angina syahdunya yang bikin rindu.

Salam lestari!

Estimasi perjalanan

  • Basecamp – Pos 2       : 3 jam

  • Pos 2 – Puncak            : 3 jam

Estimasi biaya perjalanan dengan kereta api

  • Kereta api Matarmaja : Rp. 109.000

  • Sewa kendaraan : Rp. 350.000/mobil

  • Simaksi : Rp. 10.000

0 Response to "Angin Syahdu Gunung Merbabu"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel