Teruntuk Cinta Pertamaku



Aku tidak tahu harus memulai cerita darimana, bahkan Aku pun lupa bagaimana pertama kali melihat sosok pahlawan ini. Yang Aku tahu persis, pasti beliau tidak lupa bagaimana senangnya Aku hadir untuk pertama kali dari rahim seorang wanita yang sangat dicintainya. Walaupun sekarang beliau selalu mengalihkan pembicaraan saat ditanya kapan persisnya Aku lahir tapi tak mengapa karena beliau telah sukses mengiringi hidupku sampai saat ini, sampai nanti saatnya tiba waktuku atau tiba waktu beliau.

Memori ketika Aku masih kecil sebelum masuk sekolah ataupun masuk dalam pendidikan pertama, ada beberapa hal yang Aku ingat. Beliau sering mengajakku jalan-jalan bahkan hanya untuk sekedar membeli es krim di tetangga kecamatan. Tidak hanya itu memori tentang pemilihan stiker untuk mobil carry jadul warna merah pun beliau menanyakan kepadaku cocok atau tidaknya. Stiker pohon kelapa yang berwarna-warni yang ditempel dikaca belakang. Setiap punya waktu luang beliau sering sekali mengajakku keliling. Mungkin ini dapat menjadi jawaban mengapa sekarang Aku suka menyambangi kota-kota lain.

Seiring bertambahnya usiaku bahkan sampai sekarang Aku sepertinya hanya punya 2 memori mengapa beliau menggertakku. Selebihnya adalah tentang perjuangannya, petuahnya, perhatiannya, kasih sayangnya yang tidak berubah sampai saat dimana Aku dapat mengerjakan semuanya sendiri. Fasilitas untuk seorang yang beranjak dewasa tapi dianggap masih seperti gadis kecilnya. Beliau sering kali menyempatkan waktu untuk mengantar atau menjemputku dalam keadaan apapun dan kapanpun bahkan tanpa mengeluh sedikitpun. Sekalipun itu kegiatan trevelingku, beliau ingin terlibat. Masya Allah, beruntungnya Aku memiliki seseorang seperti beliau.

Momen favorit ketika bersama beliau adalah tentang curhatanku tentang masalah dengan mereka serta diskusi-diskusi kecil ditemani secangkir teh hangat pagi hari. “Masalah manusia dengan manusia tidak usah dihindari, kita memakan makanan yang sama yaitu nasi” pesan beliau ketika Aku berhadapan dengan beberapa orang yang seringkali mengganggu hari-hariku. “Allah itu lebih dekat dari urat nadi” itu juga mengingatkan bahwa Aku tidak sendirian. Beliau telah lama berpesan untuk mengirimkan Alfatihah disetiap usai sholatku untuknya kelak ketika kita sudah berada di alam yang berbeda walaupun itu rahasia Allah untuk siapa yang dijemput ajal lebih dulu.

Seringkali Aku rindu dengan bacaan surat Al Qadr dan surat Al A’laa beliau pada sholat subuh kami. Banyak sekali yang Aku rindukan dalam keadaan jauh dari beliau seperti ini. Bahkan ketika kita berbincang lewat udara, beliau tahu ketika anaknya sedang tidak sesehat biasanya. Beliau tidak akan pernah tergantikan dan tidak akan ada penggantinya. Semoga Aku diberi kesehatan untuk selalu menemani beliau ketika telah memutih semua rambutnya. Mengabdikan hidupku untuk seorang yang telah menghabiskan seluruh masa hidupnya untuk berjuang demi anak-anaknya. Beliau yang selalu mengingatkan ketika Aku berada pada jalan yang salah. Beliau yang selalu tidak bosan mendengarkan cerita-ceritaku serta berbagai cita-citaku di dunia yang hanya sebentar ini. Berapa pun ucapan terima kasihku tidak akan pernah cukup. Apapun yang Aku berikan tidak akan pernah dapat mengganti. Maafkan Aku yang tidak dapat mengganti setiap peluh yang menetes untuk kami.

Untukmu cinta pertamaku, sehatlah untuk dapat menjadi waliku kelak ketika Aku diberi kesempatan oleh Allah bertemu dengan seorang yang akan membawaku meraih surgaNya. Seorang yang Aku yakin telah ada di doamu pada setiap sujud untuk menggantikan tanggung jawabmu kelak.

Terima kasih Abah.

0 Response to "Teruntuk Cinta Pertamaku"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel